A. Deskripsi Umum Laba-laba
Laba-laba atau labah-labah adalah sejenis hewan berkuku-kuku
(arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tidak
memiliki mulut pengunyah. Ilmu yang mempelajari laba-laba disebut
Arachnology.
Gambar 1. Laba-laba |
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Laba-laba bukan termasuk serangga tetapi kelas Arachnida, yaitu
sekelompok dengan caplak, tungau, dan kalajengking. Laba-laba termasuk ke
dalam ordo Araneae.Ordo laba-laba terbagi atas tiga golongan besar pada subordo, yaitu Mesothelae, Mygalomorphae atau Orthognatha, dan
Araneomorphae (Suryadi, 2011).
B. Morfologi Laba-laba
Kelas Arachnida dibedakan dengan kelas yang lainnya dengan tidak
adanya anggota badan sebagai organ perasa yang sering disebut antena yang
biasanya terdapat di bagian depan kepala di keempat kelas lainnya.
Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya
memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang
sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan
segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara
cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau
pedicellus.
Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat
pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat
pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut
pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa
membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.
C. Struktur Anatomi dan Fisiologi Laba-laba
Di daerah sefalotorak terdapat khelisera, pedipalpi, mata dan tungkai
Khelisera merupakan sepasang organ yang digunakan untuk menaklukkan mangsa
atau menggigit sebagi bentuk pertahanan kalau terancam. Pada beberapa
kelompok laba-laba alat ini digunakan sebagai alat menggali (pada kelompok
laba-laba penjerat), untuk mengangkut mangsa dan membawa kantung telur pada
beberapa laba-laba lainnya. Setiap khelisera terdiri atas bagian dasar yang kuat
(paturon) dan bagian gigi taring yang dapat bergerak (fang). Fang ini terletak di
dalam celah dan akan bergerak saat berfungsi. Di dekat bagian ujung setiap fang
terdapat lubang halus tempat keluarnya venom, yang berasal dari kelenjar venom
di bagian dasar kelisera. Mulut laba-laba terletak tepat di belakang kelisera.
Sebagian besar laba-laba mempunyai 8 mata terletak di bagian depan sefalotoraks.
Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan
metasoma. Pada bagian posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan
organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas. Didalam spineret terdapat
banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau
kelenjar benang abdomen. Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang
mengandung protein elastik. Protein elastik tersebut akan mengeras di udara
membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa.
Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau trakea. Paru-paru buku
adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak pada bagian
abdomen. Ekskresi laba-laba dilakukan dengan tubula ( tunggal = tubulus )
Malpighi. Tubula Malpighi merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan organ
ini terletak di dalam hemosol yang bermuara ke dalam usus. Selain Tubula
Malpighi, ekskresi lainnya dilakukan dengan kelenjar koksal. Kelenjar koksal
merupakan kelenjar ekskretori buntu yang bermuara pada daerah koksa (segmen
pada kaki insecta).
Gambar 3. Anatomi dan Fisiologi Laba-laba |
D. Daur Hidup Laba-laba
Setelah fertilisasi (pembuahan), labah-labah betina menghasilkan kantung
telur, yang ukuran dan bentuknya berbeda-beda tergantung spesies. Kantung telur
umumnya terdiri atas kumpulan benang sutera yang membungkus telur. Beberapa
spesies meninggalkan kantung ini di dekat habitatnya atau di dalam galian. Telur
menetas di dalam kantung, dan labah labah muda berganti kulit sekali sebulum
muncul. Labah-labah muda ini disebut spiderling atau nimfa, dan sudah mencari
makanan sendiri. Nimfa ini adalah bentuk miniatur labah-labah dewasa, yang
mempunyai spineret dan kelenjar racun yang sudah berfungsi. Nimfa mengalami
molting 2-12 kali sebagai juvenil, tergantung jenis laba-labah, sebelum mencapai
dewasa kelamin. Labah-labah ini bisa memencar dengan mengembangkan
benang-benang suteranya dan terbawa angin.
Daur hidup pada kebanyakan labah-labah pemintal benang adalah kurang
dari 12 bulan, tetapi pada labah-labah penggali tanah berekembang lebih lama dan
tampaknya mempunyai daur hidup yang lebih lama (beberapa tahun).
Perkawinan labah-labah sangat menarik. Organ reproduksi pada yang jantan
terletak di pedipalpi. Bila siap berkopulasi laba-laba jantan memintal jaring kecil
dan menaruh setitik spermanya di situ atau di tanah atau beberapa tumpukan
serasah. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dipindahkan ke dalam labu-
labu kecil pada pedipalpinya. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dengan
pedipalpi dan mencari betina, serta menyalurkannya kepada spermateka betina.
Setelah betina dibuahi, jantan seringkali ditangkap dan dimakan oleh yang betina.
Laba-laba mengalami sangat sedikit metamorfosis selama perkembangan
mereka. Apabila menetas, mereka kelihatan seperti dewasa-dewasa yang kecil.
Bila tungkai-tungkai hilang selama perkembangan, mereka biasanya dapat
beregenerasi. Laba-laba biasanya berganti kulit dari 4 sampai 12 kali selama
pertumbuhan mereka sampai dewasa. Kebanyakan laba-laba berumur 1-2 tahun
(Borror, 1996).
E. Ekologi Laba-laba
Laba-laba mampu beradaptasi di berbagai habitat namun laba-laba sangat
sensitif terhadap gangguan yang terjadi di lingkungannya. Adapun gangguan
lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelimpahan laba-laba, antara lain:
pengolahan tanah, pemangkasan tumbuhan serta penggunaan pestisida sintesis.
Berubahnya komposisi spesies laba-laba di ekosistem pertanian sangat
dipengaruhi oleh berubahnya komposisi tanaman di lahan budidaya tanaman.
Beberapa riset menyimpulkan laba-laba rentan terhadap sejumlah pestisida.
Penurunan jumlah laba-laba akan berdampak terhadap peningkatan populasi
serangga pengganggu tanaman. Tanpa laba-laba, populasi serangga akan
menyebar tak terkendali sehingga menggagalkan panen dan menyebarkan
penyakit. Laba-laba juga menjadi makanan bermutu bagi makhluk lainnya.
Dimana laba-laba sangat berperan penting dalam jaring makanan karena
kebiasaan makan laba-laba (Historia, 2011).
Kunci kelangsungan keberhasilan araknid terletak pada kemampuannya
untuk mendiami habitat dimana serangga tidak mampu mencapai suatu
keunggulan. Dimana selagi serangga beterbangan di udara, araknid telah
berkembang dengan subur di banyak kawasan hunian, asalkan terdapat vegetasi
rendah, tumpukan dedaunan dan tanah dan dalam banyak hal lebih berhasil
daripada serangga pada situasi yang sedemikian. Seringkali hewan araknid
berukuran sangat kecil, tetapi memiliki peran utama untuk membatasi populasi
hama serangga serta dalam aneka proses biologis untuk meningkatkan kesuburan
tanah.
Hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman spesies laba-laba yang
tinggi. Hal ini dikarenakan laba-laba menyukai habitat yang terlindung dari suhu
ekstrim, dapat menempelkan jaringnya, aman terhadap kerusakan sarang dan
jaringnya serta dapat memaksimalkan waktu mencari mangsanya. Laba-laba
banyak ditemukan pada iklim subtropis, sehingga di Indonesia sebagai negara
subtropis laba-laba banyak ditemukan dimana-mana, habitat laba-laba dapat
ditemukan dalam tanah, di bawah batu, di rumput, di cabang-cabang pohon, di
gua-gua dan di atas air.
Bagi laba-laba yang hidup di serasah, daun-daun yang gugur di hutan
merupakan habitat yang sesuai baginya. Jumlahnya meningkat lebih banyak
ketika lapisan serasah semakin tebal karena lebih banyak tempat tersedia untuk
bersembunyi dan terhindar dari suhu yang ekstrim (Suana, 2006).
F. Faktor Lingkungan
a) Suhu Udara
Suhu adalah faktor ekologis yang sangat terkenal dan juga sangat mudah
diukur. Pengaruh suhu bersifat umum. Seringkali suhu merupakan faktor
pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran hewan (Michael,1995).
Temperatur merupakan faktor lingkungan yang dapat menembus dan
menyebar ke berbagai tempat di muka bumi. Perubahan temperatur akan
mengubah faktor-faktor lingkungan abiotik lainnya, sehingga di tempat tersebut
terjadi perubahan kombinasi baru antara faktor-faktor lingkungan abiotik.
Arthropoda tidak dapat hidup pada suhu di bawah titik beku air. Suhu antara kira-
kira 10°C-40°C adalah temperatur optimum bagi hewan tersebut. jika temperatur
berubah dari 40°C-45°C dan 10°C-0°C hewan menjadi pingsan. Pada suhu antara
45°C-55°C dan 0°C-10°C hewan mengalami koma dan di atas 55°C atau di bawah
-10°C hewan akan mati (Susanto, 2000).
Jambu tumbuh dan berproduksi baik pada suhu rata-rata harian 27°C. Daerah
produsen utama jambu rata-rata mempunyai suhu harian minimum antara 15-25°C
dan maksimum antara 25-35°C (Lubis, 1994).
b) Kelembaban Udara
Jumlah uap air yang ada dalam udara diacu sebagai kelembaban. Bobot
sebenarnya uap air yang ada dalam satuan bobot udara dinyatakan sebagai
kelembaban mutlak. Karena suhu dan tekanan mempengaruhi kelembaban, maka
biasanya diukur sebagai kelembaban relatif. Kelembaban relatif adalah persen uap
air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kadar kejenuhan dalam suhu dan
tekanan yang sedang ada (Michael, 1995).
Kelembaban merupakan jumlah uap air yang terdapat di udara. Kelembaban
mutlak adalah rasio berat uap air per satuan udara (gram per kilogram udara).
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan kelembaban adalah :
1) Kelembaban dapat mempengaruhi efek temperatur terhadap organisme.
2) Kelembaban dapat berfluktuasi horizontal (malam hari kelembaban tinggi,
sedangkan siang hari kelembaban rendah)
3) Kelembaban juga berfluktuasi vertikal (pada suatu tempat dengan
ketinggian tertentu mempunyai kelembaban tertentu)
4) Kelembaban, temperatur dan cahaya berperan sangat besar dalam
mengatur aktivitas organisme dan sering menjadi faktor pembatas terhadap
penyebaran organisme (Subagja, 2001).
Kisaran kelembaban nisbi optimum di daerah-daerah pertanaman jambu cukup
luas. Kelembaban nisbi untuk tingkat sangat sesuai adalah antara 70-80%, untuk
tingkat sesuai 60-70% dan yang kurang dari 60% atau lebih dari 80% tergolong
sesuai (Lubis, 1994).
c) Intensitas Cahaya
Cahaya merupakan salah satu sumber daya yang menghasilkan energi bagi
kehidupan organisme. Cahaya mempengaruhi gerakan hewan, terutama hewan-
hewan kecil. Arah datangnya cahaya dapat mempengaruhi arah gerakan hewan.
Hewan ada yang mendekati sumber cahaya, dan ada yang menjauhi sumber
cahaya. Dalam Susanto (2000) menurut Kikkawa (1974) intensitas cahaya
mempengaruhi kecepatan gerak dan arah gerak hewan-hewan tertentu. Misalnya :
gerakan larva lalat menjadi makin cepat jika intensitas makin kuat, dan menjadi
lambat jika intensitas cahaya menjadi lemah (Susanto, 2000).
Tanaman jambu sangat menyukai sinar matahari dan kemungkinan besar
tidak berproduksi apabila kekurangan sinar. Karena itu matahari yang bersinar
sepanjang tahun dengan jumlah penyinaran yang cukup, berpengaruh baik
terhadap pertumbuhan tanaman (Lubis, 1994).
G. Struktur Jaring Laba-laba
Jaring laba-laba terbuat dari benang-benang kerangka penahan-beban dan
benang spiral penangkap berlapiskan zat perekat, serta benang pengikat yang
menyatukan benang kerangka penahan beban, benang-benang spiral penangkap,
dan benang pengikat.
Jaring sutera laba-laba adalah material yang sangat kuat, 20 kali lebih kuat
daripada baja dan dua kali lebih lentur dari pada serat poliamide. Dapat
diregangkan hingga 31% tanpa patah, lebih lentur daripada serat aramid, lebih
halus daripada rambut manusia dan lebih ringan daripada katun (Khairulhadi,
2010).
Ada tiga komponen yang membentuk sarang laba-laba, yaitu benang jenis
kuat dan tegang yang mengarah ke luar (radial threads) yang berpotongan pada
titik pusat sebagai porosnya (hub), benang yang menjadi kerangka bagian luar
sarang (frame threads), dan benang jenis kendur dan lengket berbentuk spiral yang
mampu menjebak mangsa (capture radial).
Beberapa jenis laba-laba, misalnya orb-weaver, membuat perangkap jaring
yang terbuat dari benang sutra halus. Sutra itu dihasilkan oleh kalenjar pada
bagian belakang abdomen lalu keluar dari saluran yang disebut spineret. Sutra
halus kemudian mengeras menjadi benang yang kuat. Benang tersebut
ditempelkan pada pohon terdekat atau penyangga lainnya untuk membuat struktur
jaring. Laba-laba kemudian menambahkan bentuk spiral pada jaring
menggunakan jenis sutra berbeda yang lengket untuk menangkap mangsa.
Setelah membuat jaring, laba-laba akan menunggu di bagian tengah jaring
atau bersembunyi didekatnya. Sehelai benang penanda akan membuat laba-laba
merasakan getaran akibat mangsa yang tertangkap dan meronta-ronta. Laba-laba
akan segera menghampiri dan menggigit mangsa, kemudian membungkusnya
dengan sutra untuk mencegahnya melarikan dirinya. Dengan demikian mangsanya
dapat dimakan kapan saja (Setford, 2005).
Ada banyak jenis jaring laba-laba yang dapat kita temukan di dunia ini.
Bentuk jaring laba-laba dapat dibedakan berdasarkan cara laba-laba menenunnya,
yaitu :
1. Jaring bola spiral, yang dihasilkan oleh laba-laba famili Araneidae,
Tetragnathidae dan Uloboridae.
2. Sarang laba-laba, berhubungan dengan famili Theridiidae.
3. Corong, dibagi menjadi primitive dan modern.
4. Pipa, Lembaran, dan Kubah (Khairulhadi, 2010)
Gambar 4. Jaring Laba-laba |
H. Klasifikasi Laba-laba
Hingga sekarang, sekitar 40.000 spesies laba-laba telah dipertelakan, dan
digolong-golongkan ke dalam 111 suku. Akan tetapi mengingat bahwa hewan ini
begitu beragam, banyak di antaranya yang bertubuh amat kecil, seringkali
tersembunyi di alam, dan bahkan banyak spesimen di museum yang belum
terdeskripsi dengan baik, diyakini bahwa kemungkinan ragam jenis laba-laba
seluruhnya dapat mencapai 200.000 spesies.
Beberapa keterangan famili laba-laba :
a. Famili Atypidae (Laba-laba pembuat sarang-kantung)
Laba-laba ini membuat buluh-buluh sutera di dasar batang pohon, buluh-buluh
menjulur dari tempat sedikit di dalam tanah sampai kira-kira 150 mm di atas
tanah. Apabila seekor serangga mendarat di atas buluh ini, laba-laba menggigit
melalui buluh, merenggut serangga tersebut, dan menariknya ke dalam buluh.
Laba-laba ini panjangnya 10-30 mm.
b. Famili Araneidae (Pemintal sarang berbentuk lingkaran)
Ini adalah kelompok yang besar dan sangat luas tersebar dan hampir semua
dari anggotanya membuat sebuah sarang laba-laba yang berbentuk lingkaran.
Terdapat cukup keragaman dalam ukuran, warna dan bentuk dalam famili ini.
c. Famili Tetragnathidae (Pemintal sarang bentuk lingkaran yang bergeraham
panjang)
Laba-laba ini memiliki kelisera-kelisera yang sangat panjang dan menjulur,
terutama pada yang jantan. Kebanyakan jenis berwarna kecoklat-coklatan dan
secara relatif panjang dan ramping, tungkainya, terutama pasangan bagian depan,
sangat panjang. Laba-laba ini biasanya didapatkan didaerah yang berawa.
d. Famili Agelenidae (Laba-laba pembuat sarang berbentuk corong)
Laba-laba ini adalah sebuah kelompok yang besar (kira-kira 250 jenisnya di
Amerika Utara) dari laba-laba umum yang membuat sarang laba-laba seperti
lembaran di rumput-rumputan, di bawah karang atau papan-papan dan di
reruntuhan. Sarang dari jenis yang lebih besar agak berbentuk corong dengan satu
tempat persembunyian yang berbentuk buluh mengarah ke bawah masuk dalam
bahan dimana sarang tersebut terbuat.
e. Famili Hahniidae (Laba-laba pembuat sarang-lembaran Hahniid)
Hahniid-hahniid adalah laba-laba yang kecil, panjangnya 1,5-3,2 mm, dengan
alat pembuat benang dalam satu baris transversal tunggal. Mereka membuat
sarang laba-laba serupa dengan Agelenidae, tanpa tempat persembunyian seperti
corong. Sarang laba-laba tersebut sangat halus dan jarang terlihat kecuali tertutup
oleh embun (Borror, 1996)
Ordo laba-laba ini selanjutnya terbagi atas tiga golongan besar pada aras
subordo, yakni:
1. Mesothelae, yang merupakan laba-laba primitif tak berbisa, dengan ruas-
ruas tubuh yang nampak jelas; memperlihatkan hubungan kekerabatan
yang lebih dekat dengan leluhurnya yakni artropoda beruas-ruas.
2. Mygalomorphae atau Orthognatha, yalah kelompok laba-laba yang
membuat liang persembunyian, dan juga yang membuat lubang jebakan di
tanah. Banyak jenisnya yang bertubuh besar, seperti tarantula dan juga
lancah maung.
3. Araneomorphae adalah kelompok laba-laba ‘modern’. Kebanyakan laba-
laba yang kita temui termasuk ke dalam subordo ini, mengingat bahwa
anggotanya terdiri dari 95 suku dan mencakup kurang lebih 94% dari
jumlah spesies laba-laba. Taring dari kelompok ini mengarah agak miring
ke depan (dan bukan tegak seperti pada kelompok tarantula) dan
digerakkan berlawanan arah seperti capit dalam menggigit mangsanya
I. Laba-laba Pejaring
Laba-laba pejaring sering juga disebut sebagai laba-laba penenun atau
pemintal. Dimana laba-laba pejaring ini menggunakan perutnya untuk
menghasilkan semacam perangkap benang yang dirajut seperti jaring. Benang
tersebut sangat lentur, lengket dan sangat kuat. Cukup kuat untuk membuat lalat,
maupun capung yang terbang terjerat dan tak mampu bergerak lagi. (Firmansyah
D, 2011).
Laba-laba menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik
daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan atau lubang di tanah yang ditutupi
kamuflase. Beberapa jenis memiliki pola warna yang menyamarkan tubuhnya di
atas tanah, batu atau pepagan pohon sehingga tidak perlu bersembunyi. Adapun
mangsa utama laba-laba adalah serangga. Untuk menandai kehadiran mangsanya
pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring suteranya
maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang
mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada
rambut-rambut di kakinya.
Beberapa spesies laba-laba yang membuat jaring yaitu : Nephila maculata
(pada pohon kelapa), Cyrtophora moluccensis (di kebun), Cheirachantium sp (di
kebun pertanian organik), Argiope catenula (di kebun sayur), Cyclosa sp (di
kebun sayur), Castianeira tiranglupa, Phrurolithus ulotulisus, Oxyopes sp (di
kebun teh), Famili Agelenidae, Araneidae, Tetragnathidae (di jambu).
Ilmuwan-ilmuwan dari University of Akron di Ohio, Amerika Serikat,
melakukan uji coba untuk mencari tahu zat yang disimpan laba-laba untuk
memproduksi benang sutra ini. Profesor dari University of Akron Ali Dhinojwala,
Kandidat Doktor Vasav Sahni, dan Profesor Biologi Todd Blakledge ingin
mengetahui zat yang membuat jaring laba-laba jadi lengket.
Penelitian mereka menunjukkan zat tersebut terbuat dari polimer yang
kental dan elastis. Kekentalan dan elastisitas membantu laba-laba menangkap
serangga yang terbang dengan cepat. Mangsa pun terjebak di jaring hingga laba-
laba dapat melahap mereka. Laba-laba penenun punya cara lain melumpuhkan
mangsa. Mereka dapat membungkus mangsanya dengan lilitan benang sutra. Ini
diperlukan jika mangsa memiliki alat pertahanan yang berbahaya, seperti lebah.
Cara membungkus ini juga dilakukan laba-laba untuk menyimpan mangsanya
sambil menuggu waktu yang tepat untuk makan.
J. Laba-Laba beracun
1. The Tarantullas
Tarantulla di bagi menjadi dua yaitu New-World Tarantullas dan Old-World Tarantullas. Banyak ditemukan di Amerika dan Asia.
Khusunya pada jenis Old-World Tarantullas, laba-laba ini memiliki racun necrotic yang sangat berbahaya, bahkan di Asia beberapa kematian manusia disebabkan oleh gigitan Tarantula ini.
2. Brazilian Wandering Spider (Phoneutria nigriventer)
Pada tahun 2007, laba-laba ini masuk ke dalam Guinness World Records sebagai laba-laba beracunpaling mematikan di dunia. Banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah.
Laba-laba ini menghasilkan racun neurotoxic dalam dosis tinggi, satu gigitan cukup untuk membunuh seorang manusia dewasa. Laba-laba ini lebih berbahaya dibanding dengan rivalnya Australian funnel-Web Spider & Black Widows.
3. Australian Funnel-Web Spider (Hadronyche modesta)
Banyak ditemukan di bagian tenggara Australia, merupakan laba-laba penghasil racun neurotoxic.
Dimana racun ini dapat mengakibatkan kematian apabila tidak segera mendapatkan pertolongan pertama. Racun laba-laba ini bernama atraxotoxin.
4. Mouse Spider (Missulena bradleyi)
Racun yang dihasilkan laba-laba ini sangat berbahaya bila tergigit olehnya. Beberapa kasus mengakibatkan kematian.
Racun nectoric yang dihasilkan oleh laba-laba ini hampir menyerupai racun atraxotoxin. Banyak ditemukan di Chili dan Australia.
5. Black Widow Spider (Latrodectus hasselti)
Siapa yang tidak kenal dengan laba-laba ini. Black Widow adalah laba-laba yang sangat terkenal karena racunnya yang mematikan. Merupakan laba-laba penghasil racun neurotoxic yang sangat berbahaya.
Tersebar hingga ke seluruh penjuru dunia di lima benua. Uniknya racun dari Black widow digunakan sebagai obat penawar dari racun hasil gigitan False Black Widows Spider
6. Brown Recluse spider (Loxosceles reclusa)
laba-laba ini tidak menggunakan jaring seperti layaknya laba-laba yang bergelantungan dirumah-rumah, akan tetapi laba-laba ini menghasilkan racun necrotic yang memiliki dampak berbahaya bagi manusia jika tergigit olehnya, laba-laba ini tersebar di dunia, terutama di california. laba-laba ini memiliki ciri khas gambar biola di kepalanya.
1. The Tarantullas
Tarantulla di bagi menjadi dua yaitu New-World Tarantullas dan Old-World Tarantullas. Banyak ditemukan di Amerika dan Asia.
Khusunya pada jenis Old-World Tarantullas, laba-laba ini memiliki racun necrotic yang sangat berbahaya, bahkan di Asia beberapa kematian manusia disebabkan oleh gigitan Tarantula ini.
2. Brazilian Wandering Spider (Phoneutria nigriventer)
Pada tahun 2007, laba-laba ini masuk ke dalam Guinness World Records sebagai laba-laba beracunpaling mematikan di dunia. Banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah.
Laba-laba ini menghasilkan racun neurotoxic dalam dosis tinggi, satu gigitan cukup untuk membunuh seorang manusia dewasa. Laba-laba ini lebih berbahaya dibanding dengan rivalnya Australian funnel-Web Spider & Black Widows.
3. Australian Funnel-Web Spider (Hadronyche modesta)
Banyak ditemukan di bagian tenggara Australia, merupakan laba-laba penghasil racun neurotoxic.
Dimana racun ini dapat mengakibatkan kematian apabila tidak segera mendapatkan pertolongan pertama. Racun laba-laba ini bernama atraxotoxin.
4. Mouse Spider (Missulena bradleyi)
Racun yang dihasilkan laba-laba ini sangat berbahaya bila tergigit olehnya. Beberapa kasus mengakibatkan kematian.
Racun nectoric yang dihasilkan oleh laba-laba ini hampir menyerupai racun atraxotoxin. Banyak ditemukan di Chili dan Australia.
5. Black Widow Spider (Latrodectus hasselti)
Siapa yang tidak kenal dengan laba-laba ini. Black Widow adalah laba-laba yang sangat terkenal karena racunnya yang mematikan. Merupakan laba-laba penghasil racun neurotoxic yang sangat berbahaya.
Tersebar hingga ke seluruh penjuru dunia di lima benua. Uniknya racun dari Black widow digunakan sebagai obat penawar dari racun hasil gigitan False Black Widows Spider
6. Brown Recluse spider (Loxosceles reclusa)
laba-laba ini tidak menggunakan jaring seperti layaknya laba-laba yang bergelantungan dirumah-rumah, akan tetapi laba-laba ini menghasilkan racun necrotic yang memiliki dampak berbahaya bagi manusia jika tergigit olehnya, laba-laba ini tersebar di dunia, terutama di california. laba-laba ini memiliki ciri khas gambar biola di kepalanya.
0 comments:
Post a Comment