Universitas Negeri Surabaya. Pendidikan Biologi A

Friday 2 January 2015

on Leave a Comment

Mikologi Medik

Tahukah anda bahwa jamur adalah organisme yang sebagian merugikan manusia..?

ya..! itu memang benar. 

Pada postingan kali ini saya akan memaparkan sedikit tentang "Mikologi Medik" yaitu ilmu yang mempelajari jamur dan penyakit pada manusia. 

Jamur termasuk golongan yang di maksudkan dalam fillum Thallopyta, yaitu tumbuhan yang tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati. 

Jamur tidak mempunyai klorofil, sehinga tidak dapat membentuk makanan sendiri untuk kelangsungan hidupnya.

Jamur dikelompokan kedalam organisme yang bersifat heterotrofik.
       Sifat ketergantungan ini dapat berupa saprofit (bila tidak merugikan hospes yang di
tumpanginya) atau parasitik (bila merugikan hospes yang di tumpanginya).
Di dalam alam ini terdapat kurang lebih 200.000 spesies jamur dari jumlah tersebut yang
telah diketahui patogen pada manusia ialah 100 spesis dan dikenal hanya 50 spesies, yaitu 20
spesies menyerang kulit, 12 spesies menyerang jaringan di bawah kulit (sub kutan) dan 18
menyerang alat-alat dalam (sistemik). Jamur yang bersifat oportunistik yaitu apabila ada faktor predisposisi tertentu jamur tersebut mampu menimbulkan penyakit atau kelainan-kelainan.
Gambar jamur beracun
      Peran jamur dalam kehidupan sehari-hari dapat bersifat buruk atau menguntungkan.
Buruk apabila merusak barang yang ada di sekitar kita, misalnya : makanan, pakaian, sepatu.
Menguntungkan apabila dapat dipergunakan untuk menunjang kesejahtraan manusia. Misalnya
dalam bidang industri makanan, minuman, obat-obatan dan lain sebagainya.
Beberapa jamur dapat membentuk racun, contoh : Aspergilus flavus, jamur ini
membentuk aflatoksin, yaitu sejenis mikotoksin.
Jamur hidup hampir pada semua tempat dan tidak memerlukan makanan kusus, faktor
yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan jamur meliputi : suhu, kelembapan, zat organik,
dan kebutuhan oksigen.
Walaupun koloni bercak-bercak jamur dapat dilihat secara makroskopis dan mikroskopis.
Jamur tersusun atas benang-benang sel yang panjang dan saling berhubungan dari ujung ke
ujung, benang ini disebut hifa.
      Banyak anggota jamur yang hifanya dibatasi oleh dinding penyekat yang disebut septa
sehinga disebut hifa bersepta. Tetapi dari beberapa kelas terdapat juga struktur hifanya tidak
bersepta sehingga tampak sebagai satu sel yang memanjang dan terdapat nukleus dalam jumlah
yang banyak, hifa semacam ini disebut hifa senositik. Apabila benang-benang hifa ini bercabang
dan membentuk anyaman disebut miselium. Hifa pada umumnya bersepta, tetapi adapula dari
satu spora jamur membentuk hifa gabungan dari sel-sel yang tidak melekat, hifa ini disebut hifa
semu. Sebagai contoh dapat ditemukan pada sel-sel ragi (yeast) pada salah satu sisinya
membentuk tonjolan yang lebih besar, sehingga tampak menyerupai hifa, sedangkan anyaman
dari hifa semu itu sendiri disebut misellium semu.
Ukuran sel yang menyusun hifa berbeda dari satu jamur ke jamur yang lain berbeda. Pada
anggota jamur yang besar, ada yang memiliki garis tengah (10 – 20 µ). Hal ini berbeda sekali
dengan sel bakteri yang rata-rata selnya hanya mempunyai garis tengah 1 µ. Panjang hifa juga
berbeda-beda, tergantung bagaimana jamur itu ditumbuhkan. Dalam pemeriksaan
menggunakan mikroskop kadang-kadang mengalami kesulitan, hal ini karena sifat dari hifa
yang lentur dan mudah patah, sehingga hifa tampak memendek dan mengalami perubahan
bentuk (struktur).2
      Alat reproduksi jamur disebut spora. Spora dapat dibentuk dalam hifa sendiri atau dalam
alat-alat kusus dari jamur. Biasanya besar antara 1 – 3 µ, yang bentuknya bisa bulat, segi empat,
kerucut atau lonjong. Dalam pertumbuhannya semakin hari semakin bertambah besar.
Untuk mendeterminasi dan mengidentifikasi jenis jamur dapat dilakukan dalam 3 bentuk
jamur : koloni, hifa, dan spora.

Macam-Macam Spora
      Spora jamur merupakan alat reproduksi. Reproduksi jamur jamur dapat dilakukan secara
vegetatif dan generatif, sehingga spora yang dihasilkan oleh jamur dapat dibedakan menjadi
spora aseksual dan seksual.
Spora seksual ialah spora yang dibentuk dari hasil peleburan (fusi) inti yang jenis
kelaminnya sama (homolog) atau tidak sama (heterolog) sedangkan spora aseksual adalah
dibentuk langsung dari hifa tanpa ada peleburan inti.
Sifat-sifat spora dapat diketahui meliputi : bentuk, warna, ukuran, dan kedudukan.
a. Bentuk bulat : Aspergillus sp
b. Bentuk lonjong : Monillia sp
c. Bentuk bulan sabit dan kumparan : Tricophyton sp
d. Warna spora dari kuning sampai putih : Penicillium sp
e. Hijau sampai biru : Aspergillus sp
f. Coklat sampai hitam : Homodendrum sp

Ukuran spora yang kecil dinamakan mikrospora. Contoh : Trichophyton sp, sedangkan
ukuran spora yang besar dinamakan makrospora yang biasanya berseptum,
contohnya Epydermopyton sp. Sedangkan berdasarkan kedudukannya ada spora yang langsung
dibentuk oleh hifa misalnya Geotricum sp.

a. Spora Aseksual
Spora aseksual meliputi :
   1) Blastospora, adalah spora yang dibentuk sebagai tunas dari sel induknya yang
kemudian dilepaskan misalnya : Candida albicans, Criptoccocus
neoformans, Saccharomyces sp, Blastomices sp.
   2) Artrospora, adalah spora yang dibentuk karena tempat septasinya terputus sehingga
bekas septa dindingnya menebal, kadang-kadang berbentuk bulat atau persegi
sehingga tampak beruas-ruas. Misalnya : Getricum sp, Coccidioides immitis.
   3) Klamidiospora, adalah spora yang dibentuk karena hifa pada tempat-tempat tertentu
membesar, bulat, dan menebal dindingnya. Letak klamidiospora bisa di terminal,
lateral, dan intercalary. Misalnya : Hians, Clsdoporiumstoplasma
capsentulatum, Candida albicans, Cladiosporium wernecii, Blastomices dermatidis.
4) Konidiospora, adalah spora yang dibentuk langsung oleh hifa pada bagian ujung, yang
bagian ujung yang bentuknya bermacam-macam tergantung dari spesiesnya. Variasi
konidiospora dapat meliputi :
a) Ukuran kecil disebut makrokonidia (pada umumnya uniseluler) sedangkan yang
besar disebut makrokonidia (pada umumnya multiseluler)
b) Bentuk ada yang bulat, lonjong, dan kumparan
c) Septa ada yang transversal, longitudinal, dan ada yang transversal dan
longitudinal
d) Lokasi dan kedudukan:3
1. Makrokonidia bisa sendiri-sendiri, bersusun, seperti jari tangan
2. Mikrokonidia. Misalnya : Mikrokonidia lateral, apabila konidiosporanya
pendek atau tidak tampak dan seolah-olah dibentuk langsung dari hifa.
Misalnya Blastomyces sp. Mikrokonidia berkelompok (enggrape) apabila
konidia lateral yang dibentuk pada ujung cabang hifa dengan posisi
mengelompok seperti buah anggur misalnya Tricophiton sp.
5) Sporangiospora adalah spora yang dibentuk di dalam suatu kantung yang dinamakan
sporangiospora. Misalnya : Mucor sp, Rhizopus sp, Rhinosporium sceberi.
b. Spora Seksual
Spora Seksual meliputi :
    1) Askospora, ialah spora yang dibentuk secara endogen dalam suatu kantung yang
dinamakan askus yang berisi 2, 4, atau 8 spora (tergantung dari spesiesnya)
    2) Basidiospora, adalah spora yang dibentuk secara eksogen dalam kantung yang
disebut basidium, biasanya berisi 4 spora. Misalnya : Volvariella volvaciae
     3) Zigospora, adalah spora yang dibentuk oleh 2 hifa yang sebelumnya sudah
bergantung atau dibentuk oleh dua sel yang sama bentuknya.
Misalnya Muccor sp, Rhizopus sp
4) Ospora, adalah spora yang dibentuk dari hasil peleburan (fusi) dua inti yang bentuk
dan jenis kelaminnya berbeda atau dibentuk oleh dua sel yang berbeda bentuknya
misalnya : Basidiobolus sp, Absidia sp.

   Macam Hifa
a. Menurut fungsinya hifa dapat di bedakan menjadi tiga macam :
1) Hifa vegetatif
Menuju kearah subtrat (ke bawah) dan berfungsi untuk mengambil zat-zat makanan
2) Hifa udara
Menuju kearah yang bertentangan dengan hifa vegetatif yaitu ke arah udara (ke atas)
berfungsi untuk mengambil oksigen
3) Hifa generatif
Merupakan hifa yang arahnya bertentangan juga dengan hifa vegetatif, fungsinya
membentuk alat-alat reproduksi (spora)
b. Menurut bentuknya hifa terbagi atas 3 bagian yaitu :
1) Hifa bersepta
Merupakan bentuk benang yang dibatasi oleh dinding pemisah sehingga hifa
terpisah-pisah menjadi banyak sel-sel.
2) Hifa tidak bersepta
Merupakan benang yang di dalamnya tidak dipisahkan oleh dinding (septa) sehingga
tampak adanya sel-sel yang memanjang seperti pipa.
3) Hifa semu (pseudohifa)
Merupakan bentuk hifa yang seakan-akan menyerupai rangkaian sel-sel, tetapi
rangkaian sel-sel tersebut sewaktu-waktu akan berubah.
c. Menurut warnanya :
    Hifa dalam penampilannya ada yang tampak berwarna ada yang tidak berwarna.
Warna pada hifa terjadi pada pigmen spora, semakin spora masak maka warnanya
semakin kelihatan. Jamur yang termasuk yang termasuk famili Dematiaceae hifanya 4
berwarna hitam atau tengguli tua, sedangkan jamur yang termasuk famlli
Moniliaceae biasanya tidak berwarna. Kumpulan hifa yang bercabang-cabang disebut
miselium. Warna miselium bisa putih, kuning sampai jingga misalnya (Penisilium sp),
hijau, biru sampai hitam misalnya (Aspergillus sp), putih abu-abu sampai coklat
(Sportichum sp).

Macam Koloni
Koloni adalah kumpulan jamur sejenis terdapat dalam ruangan yang sama. Koloni jamur
dapat dipergunakan untuk membantu dalam mengidentifikasi karena memiliki bentuk, warna,
dan sifat yang berlainan antara satu sama yang lain. Dikenal 3 macam koloni jamur yaitu :
a. Koloni ragi (yeast koloni)
Tipe koloni ini terdiri dari sel-sel ragi dan tidak mempunyai misellium. Sel-sel ragi
membentuk tunas (buding) dan pada jamur-jamur tertentu ada yang membentuk
askospora. Misalnya : Sacharomyces sp.
b. Koloni menyerupai ragi (yeast like koloni)
Tipe koloni ini menyerupai ragi dan miselium semu (pseudomisellium). Sel-sel ragi
membentuk tunas tetapi tidak membentuk askospora. Misalnya : Candida albicans.
c. Koloni filamen (filamentous colony)
Tipe koloni ini secara makroskopis tampak seperti beludru, wol, kapas, atau katun.
Sedang secara mikroskopis tampak adanya hifa sejati yang membentuk miselium dan juga
spora. Misalnya : Geotrichum sp.5

Morfologi Jamur
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau
regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda
dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan
reproduksinya.

a. Struktur tubuh jamur
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya
khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya
mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar
yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun
jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Jamur tersusun atas benang-benang sel yang memanjang dan saling berhubungan
dari ujung ke ujung, benang ini disebut dengan Hifa. Hifa adalah struktur menyerupai
benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran
plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori
besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang
mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak
diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Apabila benang – benang hifa ini bercabang dan membentuk anyaman yang disebut
miselium. Hifa pada umumnya bersepta, tetapi ada pula dari satu spora jamur
membentuk hifa yang gabungan dari sel – selnya tidak melekat, hifa ini disebut hifa semu.
Ukuran sel yang menyusun hifa berbeda dari satu jamur dengan jamur lain. Pada
anggota jamur yang besar, ada yang memiliki garis tengah ( 10 – 20 µ ). Hal ini berbeda
sekali dengan sel bakteri, yang rata – rata selnya hanya mempunyai garis tengah 1 µ.
Panjang hifa juga berbeda beda, tergantung bagaimana jamur itu ditumbuhkan. Dalam
pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop kadang – kadang mengalami banyak
kesulitan, hal ini karena sifat hifa yang mudah lentur dan patah, sehingga hifa tadi tampak
memendek dan mengalami perubahan bentuk ( struktur ).

b. Habitat jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya,
jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka
jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan
senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk
heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
   1) Parasit obligat
Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di
luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang
menginfeksi paru-paru penderita AIDS).6
   2) Parasit fakultatif
Adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi
bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
   3) Saprofit
Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur
saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu
tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan enzim
hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi
molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga
langsung menyerap bahan-bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan
oleh inangnya.
     Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang
hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga
menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme
jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar
tanaman kacang-kacangan atau pada liken.
     Jamur berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi dengan
banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang
hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya
bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.

c. Bentuk jamur
Bentuk jamur secara garis besar terdiri atas tiga bentuk,yaitu :
   1) Yeast
Merupakan jamur uniselluler yang berbentuk oval / lonjong dengan diameter 3
– 15 mikron, berkembang biak dengan cara membelah diri (asexual) membentuk
tunas atau budding cell. Yeast ada dua yaitu : Yeast murni merupakan jamur
uniselluler yang tidak mampu membentuk pseudohifa/ klamidospora, Yeast like
merupakan jamur uniselluler yang mampu membentuk pseudohifa. Contoh
: Candida sp, Candida albicans, Torulla (koloni berwarn amerah/
orange), Cryptococcus neoformans
Secara makroskopik (pada media padat SGA) koloni jamur bentuk yeast tampak
Smooth, warna krem, cembung bau seperti ragi. Identifikasi dengan uji biokimia

   2) Mold atau kapang
Merupakan jamur multiselluler (mempunyai inti lebih dari satu) yang
membentuk benang-benang hifa / filament, kumpulan dari hifa disebut miselium
yang membentuk suatu anyaman. Hifa yang dibentuk ada yang bersekat maupun tak
bersekat. Hifa yang berada di atas permukaan media disebut Hifa aerial yang
berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Hifa yang berada didalam media disebut
Hifa Vegetatif berfungsi sebagai alat untuk menyerap makanan.
Secara makroskopik (pada media SGA) jamur yang berbentuk Mold membentuk
koloni yang berserabut / granuler koloninya tampak kasar (Rought). Untuk
identifikasi, hasil mikroskopik dan makroskopik merupakan dasar
identifikasi. Contoh 7
: Aspergillus, Penicellium, Rhizopus, Mucor, Microsporum, Trichophyton, Epidermophyt
on
   3) Dimorfik
Merupakan jamur yang mempunyai dua bentuk yaitu : Yeast dan Mold.
Berbentuk Yeast jika berada di dalam inang / host atau pada suhu inkubasi 37 derajat
C, dan berbentuk mold jika berada diluar inangnya atau pada suhu inkubasi suhu
ruang. Contoh : Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Blastomyces dermatidis

d. Pertumbuhan dan reproduksi jamur
    Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara
aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya
dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai,
jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora
aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora
akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak
gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami,
yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama
adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan
inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak
melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan
membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur
membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.

Klasifikasi Penyakit Jamur
Penyakit Jamur dapat dibagi menjadi :
a. Berdasarkan geografis
Yaitu menurut letak penyebarannya, penyakit jamur yang menyerang seluruh dunia
atau beberapa tempat di dunia. Contoh :
    1) Jamur yang tersebar luas, yang dapat menyerang seluruh permukaan bumi, misalnya
: Trikopitosis dan Histoplasmosis
    2) Jamur yang hanya menyerang beberapa bagian di dunia ini, misalnya : Blastomikosis
Amerika Utara dan Blastomikosis Amerika Selatan.

b. Berdasarkan morfologi koloni
1) Jamur yang berfilamen, yaitu jamur yang pada pembiakan memberikan koloni
filament. Misalnya : Tricophyton, Mikrosporum
2) Jamur ragi, yaitu jamur yang pada pembiakan memberikan koloni ragi, misalnya :
Candida.
5) Jamur yang mempunyai 2 ( dua ) bentuk jamur ganda, yaitu jamur yang pada
pembiakan temperature 370C menghasilkan koloni ragi, tetapi pada temperature
kamar akan memberikan koloni filament, misalnya : Sporotrikosis

c. Berdasarkan etiologi
Pembagian ini sukar karena kita harus sampai pada spesies jamur penyebab penyakitnya,
misalnya :
    1) Trikopitosis : penyebab Trichophyton
    2) Aspergilosis : penyebabnya spesies Aspergillus
    3) Epidermofitosis : penyebabnya spesies Epidermophiton8

d. Berdasarkan topografi (bentuk klinis)
    1) Mikosis superfisial
Adalah jamur – jamur yang menyerang lapisan luar pada kulit, kuku, dan rambut.
Dibagi dalam 2 ( dua ) bentuk, yaitu :
a. Dermatofitosis, terdiri dari : Tinea kapitis, Tinea kruris, Tinea korporis, Tinea
pedis atau manus, Tinea ungunium (onikomikosis), Tinea interdigitalis, Tinea
favosa, dan Tinea barbae.
b. Non dermatofitosis, terdiri dari : Tinea versikolor, Piedra hitam, dan Piedra
putih.
   Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis terletak pada infeksi di
kulit. Golongan dermatofitosis menyerang atau menimbulkan kelainan didalam
epidermis, mulai dari stratum korneum sampai stratum basalis, sedangkan golongan
non dermatofitosis mempunyai afnitas terhadap keratin yang terdapat pada
epidermis, rambut, dan kuku infeksinya lebih dalam.
   2) Mikosis intermediet
Yaitu jamur – jamur yang menyerang kulit, mukosa, sub kutis dan alat – alat dalam,
terutama yang disebabkan oleh spesies candida sehingga penyakitnya disebut
kandiidasis, seperti : Candida albicans
   3) Mikosis dalam
Yaitu jamur – jamur yang menyerang sub kutis dan alat – alat dalam. Adapun jamur
yang termasuk dalam golongan ini, yaitu : Aktinomikosis, Nokardiosis, Kriptokokosis,
Aspergillosis, Kromomikosis, Sporotrikosis, dan Histoplasmosis.

Cara Menegakkan Diagnosis
Selain dari gejala – gejala khas setiap jamur, diagnosis suatu penyakit jamur harus dibantu
dengan pemeriksaan laboratorium yaitu :
   a. Pemeriksaan langsung
Untuk melihat apakah adanya infeksi jamur perlu dibuat preparat langsung dari
kerokan kulit, rambut, atau kuku. Sediaan ditetesi dengan larutan KOH 10 – 40 % dengan
maksud melarutkan keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal kelompok hifa. Sesudah
15 menit atau sesudah dipanasi di atas api kecil, jangan sampai menguap kemudian di
lihat di bawah mikroskop.

   b. Pembiakan atau kultur
Pembiakan dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar (25 – 300C),
kemudian dalam 1 minggu dilihat dan dinilai apakah ada perubahan atau pertumbuhan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan : bentuk koloni, warna koloni, jenis koloni.

   c. Reaksi imunologis
Dengan menyuntikkan secara intrakutan semacam antigen yang dibuat dari koloni
jamur, reaksi ( + ) berarti infeksi oleh jamur (+), misalnya :
1) Reaksi histoplasmin
Antigen yang dibuat dari pembiakan histoplasma. Kalau (+) berarti infeksi
histoplasma (+).
2) Reaksi trikofitin
Antigen yang dibuat dari pembiakan schenkii. Kalau (+) berarti ada infeksi
Trikopiton
3) Reaksi sporotrikin9
Antigen dibuat dari koloni Sporotricium schenkii. Kalau (+) berarti infeksi oleh
spesies Sporotrikum

   d. Biopsi atau pemeriksaan histopatologi
Khusus dilakukan untuk pemeriksaan penyakit jamur golongan mikosis dalam.
Dengan pewarnaan khusus dari suatu jaringan biopsy, dapat dicari elemen jamur dalam
jaringan tersebut. Pewarnaan khusus seperti pewarnaan Gram, HE, dan PAS dapat
mewarnai elemen jamur dalam jaringan sehingga tampak jelas. Selain itu, pemeriksaan
histopatologi sangat penting untuk melihat reaksi jaringan akibat infeksi jamur.

   e. Pemeriksaan dengan sinar wood
Sinar Wood adalah sinar ultraviolet yang setelah melewati suatu “jaringan wood“,
sinar yang tadinya polikromatis menjadi monokromatis dengan panjang gelombang 3600
A. Sinar ini tidak dapat dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit atau rambut yang
mengalami infeksi oleh jamur – jamur tertentu, sinar ini akan berubah menjadi warna
yang kehijau – hijauan atau flouresensi. Apabila pemeriksaan dengan cara ini memberi
flouresensi, pemeriksaan sinar wood disebut positif, dan apabila tidak ada flouresensi
disebut negative. Jamur – jamur yang memberikaan flouresensi adalah Microsporum
lanosum, Microsporum audouinii, Microsporum canis, dan Malssezia furtur (penyebab
tinea versikolor).

 NON – DERMATOFITOSIS
Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar. Hal ini
disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit dan
tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar. Yang masuk ke dalam golongan ini adalah
:
A. Tinea versikolor
1. Definisi
Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi
disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang
kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik.
Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela
paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.

2. Morfologi
Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat,
bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok,
biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar.
Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat milier,
lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai :
a. Bentuk makuler :Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus
diatasnya dan tepi tidak meninggi.
b. Bentuk folikuler :Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut

3. Patogenesis
Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana
perubahan dari saprofit menjadi patogen belum diketahui. Organisme ini merupakan
"lipid dependent yeast". Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor
hormonal, ras, matahari, peradangan kulit dan efek primer pytorosporum terhadap
melanosit.

4. Gambaran klinis
Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila berkeringat.
Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu
oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak
sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa
berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus.
a. Folikulitis
Merupakan bentuk klinis yang lebih berat, Malasezia furfur dapat tumbuh dalam
jumlah banyak pada folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada pemeriksaan
histologis organisme tersebut terlihat dilobang folikel bagian infudibulum
saluran sebasea dan sering disekitar dermis. Folikel berdilatasi akibat sumbatan
dan terdiri dari debris keratin Secara klinis lesi terlihat eritem, papula folikular
atau pustula dengan ukuran 2-4 mm, distribusinya dipunggung, dada kadangkadang
dibahu, dengan leher dan rusuk. Bentuknya yang lebih berat
disebut Acneifonn folliculitis
c. Dacriosis obstructif12
Malasezia furfur dapat membentuk koloni pada kelenjar lakrimalis,
menyebabkan pembengkakan dan obstruksi. Pada beberapa kasus terbentuk
dakriolit, terjadi inflamasi dan mengganggu produksi air mata.

5. Cara menegakkan diagnosa
Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh Melasezia
fulfur diagnosa pitiriasis versikolor harus dibantu dengan pemeriksaan-pemeriksaan
sebagai berikut :
    a. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%
Bahan-bahan kerokan kulit di ambil dengan cara mengerok bagian kulit
yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%,
lalu dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempenglempeng
steril pula. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan
KOH% yang diberi tinta Parker Biru Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan
gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang
jamur, maka kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan
jarak-jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butiir yang
bersambung seperti kalung. Pada pitiriasis versikolor hifa tampak pendekpendek,
lurus atau bengkok dengan disana sini banyak butiran-butiran kecil
bergerombol.
    b. Pembiakan.
Organisme penyebab Tinea versikolor belum dapat dibiakkan pada media
buatan.
    c. Pemeriksaan dengan sinar wood
Dapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas
lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan
fluoresensi warna emas sampai orange.

6. Pengobatan
Tinea versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur pakaian, kain
sprei, handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan
menghilangkan bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk
menjamin pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa
minggu. Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum
akan tampak normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena
sinar matahari lebih lama daerah-daerah yang hipopigmentasi akan coklat kembali.
Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila kambuh atau kena infeksi lagi merupakan
hal biasa, tetapi selalu ada respon terhadap pengobatan kembali. Tinea versikolor
tidak memberi respon yang baik terhadap pengobatan dengan griseofulvin. Obatobat
anti jamur yang dapat menolong misalnya salep whitfield, salep salisil sulfur
(salep 2/4), salisil spiritus, tiosulfat natrikus (25%). Obat-obat baru seperti selenium
sulfida 2% dalam shampo, derivat imidasol seperti ketokonasol, isokonasol, toksilat
dalam bentuk krim atau larutan dengan konsentrasi 1-2% sangat berkhasiat baik.

B. Piedra
Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang memberikan
benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut. Ada dua macam :
    a. Piedra putih : penyebabnya Piedraia beigeli
    b. Piedra hitam : penyebabnya Piedraia horlal13

1) Piedra beigeli
a. Definisi
    Merupakan penyebab piedra putih, terdapat pada rambut. Jamur ini dapat
ditemukan ditanah, udara, dan permukaan tubuh.

b. Morfologi
    Jamur ini mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk moniliaceae. Secara
mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan blastoconidia.

c. Patogenesis
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang
yang sudah terkena infeksi.

d. Gambaran klinis
Adanya benjolan warna tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala, umumnya
tidak memberikan gejala-gejala keluhan.

e. Cara menegakkan diagnosis
Diagnosa ditegakkan atas dasar :
1. gejala klinis
2. pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan,
3. kultur pada agar Sabauroud.

f. Pengobatan
Rambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000 (5 %0) dalam spiritus
dilutus.

2) Piedra horlal
a. Definisi
Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa
benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam). Penyakit ini
umumnya terdapat di daerah-daerah tropis dan subtropis. Terutama terdapat
pada rambut kepala, kumis atau jambang dan dagu.

b. Morfologi
Askospora berbentuk seperti pisang. Askospora tersebut dibentuk dalam
suatu kantung yang disebut askus. Askus-askus bersama dengan anyaman hifa
yang padat membentuk benjolan hitam yang keras dibagian luar rambut. Dari
rambut yang ada benjolan, tampak hifa endotrik (dalam rambut) sampai ektotrik
(diluar rambut) yang besarnya 4-8 um berwarna tengguli dan ditemukan spora
yang besarnya 1-2 um.

c. Gambaran klinis
Pada rambut kepala, janggut, kumis akan tampak benjolan atau penebalan
yang keras warna hitam. Penebalan ini sukar dilepaskan dari corong rambut
tersebut. Umumnya rambut lebih suram, bila disisir sering memberikan bunyi
seperti logam. Biasanya penyakit ini mengenai rambut dengan kontak langsung
atau tidak langsung.

d. Cara menegakkan diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar :
1. Gejala klinis
Objektif rambut lebih suram, benjolan bila disisir terasa seperti logam kasar.
2. Laboratorium14
a. Langsung dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan tampak
hifa endotrik (dalam rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik (di
luar rambut) yang besar 4-8 mu berwarna tengguli dan ditemukan
spora yang besarnya 1-2u.
b. Kultur rambut dalam media Saboutound tampak koloni mula-mula
tumbuh sebagai ragi yang berwarna kilning, kemudian dalam 2-4 hari
akan berubah menjadi koloni filamen.
e. Pengobatan
Sebaiknya rambut dicukur, dapat juga dikeramas dalam larutan sublimat :
1/2000 dalam alkohol dilutus (spiritus 70%) hasil pengobatan akan tampak
dalam 1 minggu.

C. Otomikosis
1. Definisi
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur dapat
masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-ngorek
telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air. Penderita akan mengeluh
merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan tampak
berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat
meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang
terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam,
sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama,
mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan
pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab
biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus, sp Mukor dan Penisilium.

2. Cara menegakkan diagnosis
Diagnosa didasarkan pada :
a. Gejala klinik
Yang khas, terasa gatal atau sakit diliang telinga dan daun telinga menjadi
merah,skuamous dan dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian
luar.
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa dengan
KOH 10% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadang-kadang dapat
ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.

2) Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan
dekstrosa agar dan dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh
dalam satu minggu berupa koloni filamen berwarna putih. Dengan
mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat
ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya.

3. Pengobatan
Pengobatan ditujukan menjaga agar liang telinga tetap kering jangan lembab dan
jangan mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek api,
garukan telinga atau kapas. Kotoran- kotoran telinga harus selalu dibersihkan.
Larutan timol 2% dalam spiritus dilutus (alkohol 70%) atau meneteskan larutan
burowi 5% satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan dengan desinfektan 15
biasanya memberi hasil pengobatan yang memuaskan. Neosporin dan larutan
gentien violet 1-2% juga dapat menolong.

D. Tinea Nigra
1. Definisi
Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit
telapak kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit
yang terserang. Makula yang terjadi tidak menonjol pada permukaan kulit, tidak
terasa sakit dan tidak ada tanda-tanda radang. Kadang-kadang makula ini dapat
meluas sampai ke punggung, kaki dan punggung tangan, bahkan dapat menyebar
sampai dileher, dada dan muka. Gambaran floresensi ini dapat berupa polosiklis,
arsiner dengan warna hitam atau coklat hampir sama seperti setetes nitras argenti
yang diteteskan pada kulit. Penyebabnya adalah Kladosporium wemeki dan jamur ini
banyak menyerang anak-anak dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang
banyak berkeringat.

2. Cara menegakkan diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a. Gejala klinis yang khas
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Preparat langsung : kerokan kulit dengan KOH 10% akan menunjukkan
adanya hifa dan spora yang tersebar di dalam gel-gel epitel, besar hifa
berkisar 3-5 u dan spora berkisar 1-2u.

2) Pembiakan : Pembiakan skuama pada media Sabauroud glukosa agar (SGA),
dikeram pada temperatur kamar. Dalam 1-2 minggu akan tumbuh koloni
menyerupai ragi, berwarna hijau dan pada bagian tepinya tumbuh daerah
yang filamentous berwarna coklat. Pada pemerikasaan mikroskopis tampak
hifa halus bercabang, mengkilat dan spora-spora yang lonjong.

3. Pengobatan
Pengobatan dengan obat-obat anti jamur banyak menolong. Salep whitfield I dan
II atau salep sulfursalisil juga dapat menolong. Obat-obat anti jamur, preparatpreparat
imidazol seperti isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol juga berkhasiat baik.

Super Fisialis DERMATOFITOSIS
    Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung
zat tanduk, seperti kuku, rambut, dan stratum korneum pada epidermis, yang disebabkan oleh
jamur golongan dermatofita.
I. Tinea kapitis
1. Definisi
Tinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita
dari genusTrichophytondan Microsporum, misalnya T.violaceum, T.gourvili,
T.mentagrophytes, T.tonsurans, M.audonii, M.Canis dan M.ferrugineum.
2. Morfologi
a. Trichophyton16
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau
manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan
geophilic.

b. Microsporum
Microsporum adalah kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup
pada tubuh manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan
bentuk aseksual dari jamur.
Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau
powder. Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin
melambat atau sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah
7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu.
Mungkinsaja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai
cinnamon.

3. Patogenesis
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung.
Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung
jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat
melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu
atau air.

4. Gambaran klinis
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak, yang dapat ditularkan dari
binatang peliharaan misalnya anjing dan kucing. Keluhan penderita berupa bercak
pada kepala,gatal dan sering disertai rontoknya rambut di tempat lesi tersebut. Ada 3
bentuk klinis dari tinea kapitis, yakni :
a. Grey patch ringworm
Merupakan Tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus
Microsporum dan ditemukan pada anak-anak. Penyakit ini biasanya dimulai
dengan timbulnya papula merah kecil di sekitar folikelrambut. Papula ini
kemudian melebar dan membentuk bercak pucat karena adanya sisik. Penderita
mengeluh gatal, warna rambut menjadi abu-abu, tidak berkilat lagi. Rambut
menjadi mudah patah dan juga mudah terlepas dari akarnya. Pada daerah yang
terserang oleh jamur terbentuk alopesia setempatdan terlihat sebagai “grey
patch”. B er c a k a bu-a bu i ni s u li t te r li h a t ba t as - batasnya dengan pasti,
bila tidak menggunakan lampu Wood. Pemeriksaandengan lampu Wood
memberikan fluoresensi kehijau-hijauan sehingga batas- batas yang sakit dapat
terlihat jelas.
b. Kerion
Merupakan Tinea kapitis yang disertai dengan reaksi peradangan
yanghebat. Lesi berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan
serbukans el ra d a n g d i s ek i ta r n y a. Ke la i na n i ni m e n i m bu l k an
j a r i n g a n pa ru t y a ngmenetap. Biasanya disebabkan jamur zoofilik dan
geofilik.
c. Black dot ringworm
Adalah tinea kapitis dengan gambaran klinis berupaterbentuknya
titik-titik hitam pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang
terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung rambut yang patah dan penuh
spora terlihat sebagai titik hitam. Biasanya disebabkan oleh genus Tricophyton.17

5. Cara menegakkan diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan sinar
Wood, dan pemeriksaan mikroskopis rambut langsung dengan
KOH. Pada pemeriksaan mikroskopis, akan terlihat spora di luar rambut
(ectotrics)atau di dalam rambut (endotrics).

6. Pengobatan
Pengobatan pada anak biasanya diberikan per oral dengan griseofulvin 10-
25mg/kg berat badan per hari selama 6 minggu. Dosis pada orang dewasa
adalah 500mg/hari selama 6 minggu. Penggunaan antijamur topikal dapat
mengurangi penularan pada orang yang ada di sekitarnya.Selain antijamur, pada
bentuk kerion dapat diberikan kortikosteroid dalam jangka pendek,
misalnya prednison 20 mg /hari selama 5 hari.

7. Gambar jamur penyebab tinea kapitis
II. Tinea favosa
1. Definisi
Tinea favosa adalah infeksi jamur kronis, terutama oleh T.schoenleini,
T.violaceum dan M.gypseum. Penyakit ini merupakan bentuk lain tinea kapitis,
yang ditandai oleh skutula berwarna kekuningan dan bau seperti tikus
(mousy odor ) pada kulit kepala. Biasanya, lesinya menjadi sikatrik alopesia
permanen.

2. Morfologi
a. Trichophyton
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau
manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan
geophilic.
b. Microsporum
Microsporum adalah kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup
pada tubuh manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan
bentuk aseksual dari jamur.
Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau
powder. Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin
melambat atau sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah
7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu.
Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai
cinnamon

3. Patogenesis
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung.
Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung
jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat
melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu
atau air.

4. Gambaran klinis
Gambaran klinis mulai dari gambaran ringan, berupa kemerahan pada kulit
kepala dan terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan, hingga skutula dan
kerontokan rambut, serta lesi menjadi lebih merah dan lebih luas. Setelah itu, terjadi 18
kerontokan rambut luas, kulit mengalami atrofi dan sembuh dengan jaringan
parut permanen tinea favosa pada anak-anak .

5. Cara menegakkan diagnosis
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopis langsung,
denganmenemukan miselium yang bentuknya tidak teratur. Pada pemeriksaan
dengan sinar Wood tampak fluoresensi hijau pudar.

6. Pengobatan
Prinsip pengobatan sama dengan tinea kapitis. Untuk menghilangkan skutula
dan debris, higiene harus dijaga dengan baik. Pengobatan pada anak biasanya
diberikan per oral dengan griseofulvin 10-25mg/kg berat badan per hari selama
6 minggu. Dosis pada orang dewasa adalah 500mg/hari selama 6 minggu.

7. Gambar jamur penyebab Tinea favosa
III. Tinea korporis
1. Definisi
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit tidak berambut
(Glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan dan tungkai. Penyebab tersering
penyakit ini adalah T.rubrumdanT.mentagrophytes.

2. Morfologi
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau
manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan
geophilic.

3. Patogenesis
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung.
Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung
jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat
melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu
atau air.

4. Gambaran klinis
Bentuk klinis biasanya berupa lesi yang terdiri atas bermacammacameflorosensi
kulit, berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar atau
polisiklik.Bagian tepi lebih aktif dengan tanda perdangan yang lebih jelas. Daerah
sentral biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara di tepi lesi makin
meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh, tetapi tetap
meninggidan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang besar. Tinea korporis
yang menahun ditandai dengan sifat kronik. Lesi tidak menunjukkan tanda-tanda
radang yang akut. Kelainan ini biasanya terjadi pada bagiantubuh dan tidak jarang
bersama-sama dengan tinea kruris. Bentuk kronik yangdisebabkan oleh T.rubrum
kadang-kadang terlihat bersama dengan tinea unguium dan tinea korporis pada
punggung dan lengan.

5. Cara menegakkan diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan lokalisasinya,
serta pemeriksaan kerokan kulit dan larutan KOH 10-20 % dengan mikroskop
untuk melihat hifa atau spora jamur.

6. Pengobatan
Pengobatan sistemik berupa griseofulvin dosis 500 mg/hari selama 3-4minggu;
dapat juga ketokonazol 200 mg/hari selama 3-4 minggu; itrakonazol 100mg/hari 19
selama 2 minggu; atau terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu. Pengobatandengan
salep Whitfeld masih cukup baik hasilnya. Dapat juga diberikan tolnaftat,tolsiklat,
haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol, dan naftifin HCl.

7. Gambar jamur penyebab Tinea korporis
IV. Tinea imbrikata
1. Definisi
Tinea imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita
yang memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik dengan sisik yangmelingkarlingkar
dan terasa gatal. Penyakit ini disebabkan jamur dermatofita T.concentricum.

2. Morfologi
Tinea imbrikata atau Tokelau adalah mikosis superfisial disebabkan
oleh Trichophyton concentricum, sebuah dermatofit antropofilik. Dermatofita dibagi
menjadi genera Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton.
Pada Trichophyton secara mikroskopik ditemukan hifa bersepta / bersekat, hifa
spiral, ditemukan makrokonidia berbentuk gada berdinding tipis terdiri dari 6- 12 sel
juga ditemukan mikrokonidia yang bentuknya seperti tetes air. Secara
makroskopik ditemukan koloni yang kasar berserbuk / radier pada bagian tengah
menonjol. Contoh : Trichophyton mentagropytes, Trichophyton rubrum,
Trichophyton concentricum adalah jamur antropofilik yang pertumbuhannya lambat
dan menyebabkan penyakit kulit kronis, luas, non - inflamasi. Tinea corporis dikenal
sebagai tinea imbrikata karena cincin konsentris dari skuama yang dihasilkannya.
Pada agar dextrose Sabouraud itu, koloni yang lambat tumbuh, mengangkat dan
melipat, gundul menjadi suede-seperti, sebagian besar putih krem, tapi kadangkadang
oranye berwarna coklat, seringkali sangat dilipat ke dalam agar-agar yang
dapat menghasilkan pemecahan media dalam beberapa kebudayaan. Reverse
penyuka kuning-coklat sampai berwarna coklat. Budaya terdiri dari luas, banyakbercabang,
tidak teratur, sering hifa tersegmentasi, septate yang mungkin "tanduk"
tips menyerupai T. schoenleinii. Chlamydoconidia sering hadir dalam budaya yang
lebih tua. Microconidia dan macroconidia biasanya tidak diproduksi, meskipun
beberapa isolat akan menghasilkan clavate sesekali pyriform microconidia.
Perhatikan segmen hifa artifisial mungkin mirip macroconidia

3. Patogenesis
Lingkungan kulit yang sesuai merupakan faktor penting dalam perkembangan
klinis dermatofitosis.Infeksi alami disebabkan oleh deposisi langsung spora atau hifa
pada permukaan kulityang mudah dimasuki dan umumnya tinggal di stratum
korneum, dengan bantuan panas,kelembaban dan kondisi lain yang mendukung
seperti trauma, keringat yang berlebihdan maserasi juga berpengaruh. Pemakaian
bahan yang tidak berpori akan meningkatkan temperatur dan keringatsehingga
mengganggu fungsi barier stratum korneum. Infeksi dapat ditularkan melalui kontak
langsung dengan individu atau hewan yang terinfeksi, benda-benda sepertipakaian,
alat-alat dan lain-lain.
Infeksi dimulai dari terjadinya kolonisasi hifa ataucabang-cabangnya dalam
jaringan keratin yang mati. Hifa ini memproduksi enzim keratolitik yang mengadakan
difusi ke dalam jaringan epidermis dan merusak keratinosit. Setelah masa
perkembangannya (inkubasi) sekitar 1-3 minggu respon jaringan terhadap infeksi
semakin jelas dan meninggi yang disebut ringworm, yang menginvasibagian perifer 20
kulit. Respon terhadap infeksi, dimana bagian aktif akan meningkatkan proses
proliferasi sel epidermis dan menghasilkan skuama. Banyak individu dalampopulasi
yang terinfeksi menunjukkan agen T-cell spesifik yang hiporeaktif dari jamur. Itu juga
telah mengasumsikan bahwa kerentanan dalam populasi ini dapat diwariskansebagai
sifat resesif autosomal. Pada masa inkubasi, dermatofit tumbuh dalam stratum
korneum, kadang-kadang disertai tanda klinis yang minimal. Pada carier, dermatofit
pada kulit yang normal dapat diketahui dengan pemeriksaan KOH atau kultur

4. Gambaran klinis
Penyakit ini dapat menyerang seluruh permukaan kulit yang tidak
berambut,sehingga sering digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai
makulaeritematosa yang gatal, kemudian timbul skuama yang agak tebal dan
konsentrisdengan susunan seperti genting. Lesi makin lama makin melebar tanpa
meninggalkan penyembuhan di bagian tengah.

5. Cara menegakkan diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang sangat khas berupa lesi
konsentris.

6. Pengobatan
Pengobatan sistemik griseofulvin dengan dosis 500 mg/hari selama 4 minggu.
Sering terjadi kambuh setelah pengobatan, sehingga memerlukan
pengobatan ulangyang lebih lama. Obat sistemik lain adalah ketokonazol 200
mg/hari, itrakonazol 100mg/hari dan terbinafin 250 mg/hari selama 4 minggu.
Pengobatan topikal tidak begitu efektif karena daerah yang terserang
luas.Dapat diberikan preparat yang mengandung keratolitik kuat dan antimikotik,
misalnya salep Whitfeld , Castellani paint, atau campuran salisilat 5 % dan sulfur
presipitatum 5%, serta obat-obat antimikotik berspektrum luas.

7. Gambar jamur penyebab Tinea imbrikata
V. Tinea kruris
1. Definisi
Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah lipat
paha,genitalia, dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian
bawah. Penyebab umumnya adalah E.floccosum, kadang-kadang dapat
jugadisebabkan olehT.rubrum. Keluhan penderita adalah rasa gatal di daerah lipat
paha sekitar anogenital.

2. Morfologi
Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan
Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik,
sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada manusia.
E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada individu tidak
sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku
(onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit luar.koloni E.
floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C
pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan

3. Patogenesis
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari
manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, 21
kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabjuga dapat ditularkan
melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi
dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase
yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum.
Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan
keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan
epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial
di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan
meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang
menjadi suatu reaksi peradangan.

4. Gambaran klinis
Gambaran klinis biasanya berupa lesi simetris di lipat paha kanan dan
kiri,namun dapat juga unilateral. Mula-mula lesi ini berupa bercak eritematosa dan
gatal,yang lama kelamaan meluas hingga skrotum, pubis, glutea, bahkan sampai
seluruh pa h a . Tepi lesi aktif, polisiklik, ditutupi skuama dan terkadang disertai
banyak vesikel-vesikel kecil.

5. Cara menegakkan diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas danditemukannya
elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskopik langsung
memakai larutan KOH 10-20%.

6. Pengobatan
Pengobatan sistemik menggunakan griseofulvin 500 mg/hari selama 3-4minggu.
Obat lain adalah ketokonazol. Pengobatan topikal memakai salep Whitfeld, tolnaftat,
tolsiklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifin HCl.

7. Gambar jamur penyebab Tinea kruris
VI. Tinea manus et pedis
1. Definisi
Tinea manus et pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
jamur dermatofita di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan
dan kaki, jari- jari tangan dan kaki, serta daerah interdigital. Penyebab tersering
adalah T.rubrum, T. mentagrophytes dan E.floccosum.

2. Morfologi
a. Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau
manusia.
Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan
geophilic.
b. Epidermophyton
Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum
dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik,
sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada
manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada
individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis)
dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit luar.
koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada
suhu 25 ° C pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan

3. Patogenesis22
Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan
Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik,
sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada manusia.
E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada individu tidak
sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku
(onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit luar.koloni E.
floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C
pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan

4. Gambaran klinis
Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus
memakaisepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja di tempat yang basah,
mencuci, be k e r j a di s a w ah da n s e bag a i n y a. K e lu h a n pe n d e ri ta
b e r v a ri as i m u l ai dar i ta n p a keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri
karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan. Dikenal 3 bentuk klinis yang
sering dijumpai, yaitu :
a. Bentuk intertriginosa
Manifestasi kliniknya berupa maserasi, deskuamasidan erosi pada sela jari.
Tampak warna keputihan basah dan dapat terjadifisura yang terasa nyeri bila
tersentuh. Infeksi sekunder oleh bakteri dapatmenyertai fisura tersebut dan lesi
dapat meluas sampai ke kuku dan kulit jari.
b. Bentuk vesikular akut
Penyakit ini ditandai terbentuknya vesikel-vesikeldan bula yang terletak
agak dalam di bawah kulit dan sangat gatal. Lokasiyang sering adalah telapak
kaki bagian tengah dan kemudian melebar sertavesikelnya memecah. Infeksi
sekunder dapat memperburuk keadaan ini.
c. Bentuk moccasin foot
Pada bentuk ini seluruh kaki dari telapak, tepi, sampai punggung kaki
terlihat kulit menebal dan berskuama. Eritem biasanya ringan, terutama terlihat
pada bagian tepi lesi.

5. Cara menegakkan diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan gambaran klinis
dan pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10-20 % yang menunjukkan
elemen jamur.

6. Pengobatan
Pengobatan pada umumnya cukup topikal saja dengan obat-obat
antijamur untuk bentuk interdigital dan vesikular. Lama pengobatan 4-6 minggu.
Bentuk moccasin foot yang kronik memerlukan pengobatan yang lebih lama, paling
sedikit 6minggu dan kadang-kadang memerlukan antijamur per oral, misalnya
griseofulvin,itrakonazol, atau terbenafin..

   Sekian postingan saya..jangan lupa tetap berkunjung di postingan saya selanjutnya..
jangan sungkan bila anda ingin berkomentar..

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Followers